Pepaya Transgenik dan permasalahannya
Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang
berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan
kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya.
C. papaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica. Nama pepaya dalam
bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda, "papaja", yang pada
gilirannya juga mengambil dari nama bahasa Arawak, "papaya". Dalam
bahasa Jawa pepaya disebut "katès" dan dalam bahasa Sunda
"gedang".
Kegagalan pepaya transgenik (rekayasa genetika) di Hawai
patut untuk diperhatikan. Jangan sampai hal serupa terulang kembali. Apalagi di
negara penghasil pepaya seperti wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia,
Philipina dan Thailand. Berbagai promosi yang menjanjikan di wilayah
negara-negara ASEAN mestinya ditanggapi dengan kehati-hatian."Kami
berharap perhatian semua pihak pada laporan Greenpeace yang menyimpulkan bahwa
pepaya transgenik yang didikembangkan di Hawai sejak 1998 telah gagal dan
berprospek industri suram. Demikian juga klaim kontradiktif tentang kesuksesan
industri transgenik dan promosi lainnya," harap Chee Yoke Heong dari Pusat
Informasi Keamanan Hayati, Third World Network, 26 Juni lalu.Menurutnya, data statistik
dari Departemen Pertanian Amerika Serikat menyebutkan bahwa pada dekade 1995,
pendapatan kotor hasil panen pepaya segar Hawai lebih dari US$ 22 juta (sekitar
Rp 198 milyar). Tapi sekarang menurun lebih dari setengahnya. Di tahun 1997,
sebelum pepaya transgenik tahan virus ringspot dijual, petani menerima
rata-rata $ 1,23 per kilogram (sekitar Rp 11.070 per kilogram). Di tahun 1998,
nilai itu turun sampai $ 0,89 (sekitar Rp 8.010) saat pembeli pepaya
tradisional Hawai, seperti Jepang dan Canada menolak buah-buahan transgenik.
"Karena harga turun, maka produksi dan area tanamnya berakhir tahun
ini," tegas Chee Yoke Heong.
Kegagalan komersial
Seperti termuat dalam laporan Greenpeace, pepaya transgenik
tahan virus ringspot yang dikembangkan di Hawai tahun 1998 mengalami kegagalan
komersial. Akibatnya mendorong industri pepaya pulau tersebut terganggu saat
sekarang.Pepaya alami di Hawai sekarang lebih sedikit dibandingkan beberapa
waktu lalu. Juga lebih sedikit dari beberapa tahun, saat terburuk dimana virus
ringspot pepaya menyebar. Begitu juga pendapatan kotor pepaya Hawai segar lebih
tinggi di tahun 1997.Sejak 1998, penduduk Amerika Serikat melipatgandakan
konsumsi pepaya segar. Namun, total area produk pepaya di Hawai kurang dari 600
hektar sekarang, menurun 28% sejak pepaya transgenik berkembang. Rata-rata,
sekarang petani menerima 35% lebih rendah untuk buah-buahan daripada sebelum
pepaya transgenik dikeluarkan.Walaupun data statistik Departemen Pertanian
Amerika Serikat suram, industri rekayasa genetika dan sekutunya bersikeras
bahwa pepaya transgenik telah sukses. The American Farm Bureau mengatakan bahwa
hal itu "merupakan kesuksesan dramatis bioteknologi." Sementara
Monsanto menyatakan, "percaya dengan keamanan industri pepaya Hawai."Namun
pada kenyataannya, industri rekayasa genetika tidak aman terkait dengan
menurunnya pepaya Hawai. Ketika berbagai faktor pasar dicantumkan dalam laporan
dengan tepat, pengembangan pepaya transgenik menunjukkan kerugian pasar yang
signifikan dan unik yang tentu tidak aman bagi industri di Hawai. Meski
industri pepaya transgenik sedikit dan sering mengandalkan petani penyewa yang
tidak memiliki lahan sendiri.Untuk petani organik, pepaya transgenik menjadi
sumber masalah. Pada saat serbuk pepaya transgenik dapat mengkontaminasi pepaya
organik yang berkelanjutan.
Komentar
Posting Komentar