Efek Rumah Kaca
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiX69nqgfCWmeuqFWFOON0l9StkqkSKtHY8v_gp-1M7s6zZja1G-DVoSF7KZUhwQBRrrTLVzr3J7M1VzODlrsUTMpTseuHGD0s5_Z5Wgwh2d4XPNUkVME_asiqN4tUHcha3ftUe8FFT76k/s320/Efek+Rumah+Kaca.jpg)
Pengertian Efek Rumah Kaca adalah peristiwa alamiah yang terjadi akibat pantulan panas di dalam rumah kaca yang digunakan petani menanam sayuran pada musim dingin di negara yang mengenal empat musim. Sinar matahari masuk ke dalam rumah kaca untuk membantu proses asimilasi tersebut. Sisa panas dari matahari yang seharusnya dikeluarkan ke atmosfer, dipantulkan kembali panas tersebut oleh bilik kaca dan atap kaca sehingga suhu udara di dalam bilik kaca (ruangan) tersebut naik dan menjadi hangat. Pantulan panas kembali tersebut ke ruangan yang menjadikan suhu dalam ruangan hangat disebut dengan efek rumah kaca.
Suhu udara Bumi ditentukan oleh keseimbangan antara energi yang masuk dari Matahari dalam bentuk radiasi yang terlihat (sinar matahari) dan energi yang secara konstan dikeluarkan oleh permukaan Bumi ke angkasa dalam bentuk radiasi infra merah yang tidak terlihat (panas).
Energi matahari masuk ke Bumi melalui lapisan atmosfer yang transparan, tanpa mengalami perubahan, dan kemudian memanaskan permukaan Bumi. Namun radiasi infra merah yang terlepas dari permukaan Bumi sebagian diserap oleh beberapa jenis gas di atmosfer, dan sebagian dipantulkan kembali ke Bumi. Efek dari fenomena ini yaitu penghangatan permukaan Bumi dan lapisan bawah atmosfer. Fenomena ini yang disebut efek rumah kaca.
Gas-gas penyerap utama yang berada di atmosfer yaitu uap air (bertanggung jawab sekitar dua pertiga dari efek tersebut) dan karbon dioksida. Metana, nitro oksida, ozon dan beberapa gas lain di atmosfer yang berada dalam jumlah sedikit juga berkontribusi pada efek rumah kaca. Tanpa efek rumah kaca, Bumi akan, secara rata-rata, 33oC lebih dingin dari kondisi sekarang.
Selama lebih dari 150 tahun era industri, aktivitas manusia telah meningkatkan emisi dari tiga jenis gas rumah kaca utama: karbon dioksida, metana, nitro oksida. Gas-gas ini berakumulasi di atmosfer, menyebabkan konsentrasinya meningkat seiring dengan waktu.
Karbon dioksida (CO2) telah meningkat akibat penggunaan bahan bakar fosil yang kita bakar untuk penggunaan transportasi, produksi energi, pemanasan dan pendinginan bangunan. Deforestasi (penebangan hutan) juga menyebabkan terlepasnya CO2 ke atmosfer dan mengurangi penyerapan CO2 oleh tanaman.
Metana (CH4) telah meningkat lebih dari dua kali lipat sebagai hasil aktivitas manusia terkait dengan pertanian, distribusi gas alam dan pembuangan sampah. Namun, peningkatan konsentrasi metana melambat dikarenakan tingkat pertumbuhan emisi yang menurun selama dua dekade terakhir.
Nitro oksida (N2O) juga diemisikan dari kegiatan manusia seperti penggunaan pupuk dan pembakaran bahan bakar fosil.
Gas rumah kaca lainnya
Ada gas-gas lain yang berkontribusi lebih sedikit, seperti misalnya gas-gas CFC (yang emisinya telah menurun secara substansial) dan gas ozon di lapisan bawah atmosfer.
Uap air merupakan gas rumah kaca yang paling banyak dan paling penting di lapisan atmosfer. Namun, aktivitas manusia hanya berpengaruh sedikit pada jumlah uap air di atmosfer. Secara tidak langsung, manusia memiliki potensi untuk mempengaruhi jumlah uap air secara substansial dengan mengubah iklim karena atmosfer yang lebih hangat mengandung lebih banyak uap air.
Aerosol merupakan partikel-partikel kecil yang berada di atmosfer dengan variasi yang beragam untuk konsentrasi dan komposisi kimiawi. Pembakaran bahan bakar fosil dan biomassa telah meningkatkan jumlah aerosol yang mengandung komponen sulfur, organik dan karbon hitam (jelaga).
Jumlah gas rumah kaca pada atmosfer telah meningkat, sehingga mencegah lebih banyak panas yang dilepas oleh bumi ke angkasa dan mengakibatkan terjadinya ‘pemanasan global’.
Komentar
Posting Komentar